HIV dan Koinfeksi TBCHIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Infeksi virus ini mampu menurunkan kemampuan imunitas manusia dalam melawan benda–benda asing di dalam tubuh yang pada tahap terminal infeksinya dapat menyebabkan AIDS (acquired immunodeficiency syndrome).

Tanpa pengobatan yang baik, melemahnya daya tahan tubuh dalam jangka panjang membuat pengidap HIV rentan terhadap risiko infeksi oportunistik. Tuberkulosis merupakan infeksi oportunistik terbanyak pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). 

 

Apa itu Tuberkulosis?

Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC utamanya menyerang paru-paru, namun juga dapat menyerang organ tubuh lain seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening,dan lainnya ketika bakteri TBC keluar dari paru-paru melalui aliran darah. Kondisi ini disebut TBC Ekstra Paru.

Menurut WHO, sebanyak 1,5 juta orang meninggal akibat penyakit TBC di tahun 2020. Indonesia berada di urutan ke–3 negara dengan kasus TBC tertinggi di dunia setelah India dan Cina. Data tahun 2019 menunjukkan, ada sekitar 845.000 penderita TBC di Indonesia.

Bakteri TBC dapat menular melalui udara ketika partikel dahak orang dengan TBC paru keluar saat batuk, bersin dan berbicara. Percikan-pericakan dahak tersebut yang mengandung bakteri dan dapat melayang-layang di udara seingga terhirup oleh orang lain.

 

Siapa yang berisiko terkena Tuberkulosis?

  • Anak-anak
  • Penyintas HIV/AIDS
  • Orang lanjut usia
  • Perokok
  • Penyintas Diabetes Melitus
  • Kontak langsung dengan pasien TBC

 

Manajemen HIV pada pasien TB

Setiap pasien TB dengan hasil pemeriksaan HIV positif harus menerima ARV tanpa memandang kadar CD4-nya. ARV diberikan sesegera mungkin dalam 2 sampai 8 minggu setelah pemberian obat anti-tuberkulosis (OAT) dimulai.

ARV juga harus diberikan sesegera mungkin dalam waktu yang sama pada pasien TB resisten obat yang membutuhkan terapi lini kedua, berapapun kadar CD4-nya. Bila pasien koinfeksi TB/ HIV mengalami imunosupresi berat dengan kadar CD4 < 50/mm3, ARV harus diberikan segera maksimal 2 minggu setelah pemberian OAT dimulai.

 

Source: 

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/754/ayo-cari-tahu-apa-itu-hiv

https://tbindonesia.or.id/pustaka_tbc/informasi-dasar-seputar-tbc/

https://www.alomedika.com/penanganan-koinfeksi-tbc-hiv

No Comment

You can post first response comment.

Leave A Comment

Please enter your name. Please enter an valid email address. Please enter a message.