Siapapun yang memiliki status sebagai ODHA memiliki kerentanan yang berbeda dengan orang pada umumnya. Sistem kekebalan tubuh ODHA cenderung lebih lemah yang membuatnya lebih rentan terpapar penyakit. Setidaknya ada beberapa jenis penyakit yang rentan dialami ODHA akibat lemahnya sistem kekebalan tubuh yang dimilikinya, yakni: Flu, Pneumonia, Tuberkulosis, cedera syaraf, sariawan dan jamur di mulut, depresi, kehilangan berat badan kehilangan memori dan Limfoma.
Tulisan ini akan secara khusus membahas salah satunya, yakni Tuberkulosis (TB), yang efek dan cara pemaparannya cenderung lebih mudah terjadi dibanding HIV AIDS sendiri. TB dan HIV memiliki hubungan yang “spesial” karena individu yang terpapar salah satunya juga rentan terhadap yang lainnya. Yuk simak penjelasannya berikut ini.
Apa itu TBC?
TBC disebabkan oleh suatu bakteri (kuman). Ini merupakan penyakit yang biasanya menyerang paru-paru tetapi juga dapat menyerang bagian lain tubuh, seperti otak, ginjal atau tulang punggung. TBC bisa aktif dalam tubuh atau laten (diam). Jika tidak dirawat, TBC aktif dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius, bahkan kematian.
Bagaimanakah TBC menular?
Bakteri (kuman) TBC ditularkan dari orang ke orang melalui udara dan biasanya ditularkan apabila seorang penderita TBC aktif batuk, tertawa, bersin atau menyanyi. Siapapun yang berada dekat dapat menyedot bakteri TBC ini dan terkena TBC. TBC tidak ditularkan dengan bersama menggunakan perkakas rumah tangga, cangkir atau piring, atau melalui air liur ketika mencium seseorang.
Apa gejala TBC aktif?
Penderita TBC aktif sering:
- Merasa lemah atau sakit,
- Berat badannya menurun dengan cepat
- Batuk (adakalanya berdarah) dan sakit dada
- Mengalami demam
- Berkeringat pada waktu malam
- Ada kalanya tidak mengalami gejala
Apa perbedaan antara TBC aktif dan TBC laten?
Penderita TBC laten sakit karena banyaknya kuman TBC yang aktif dalam tubuhnya. Penderita TBC laten juga mempunyai bakteri yang menyebabkan TBC aktif, tetapi tidak sakit karena bakteri tersebut laten (diam) dalam tubuhnya. Biasanya mereka telah terekspos kepada bakteri TBC sebelumnya. Namun, penderita TBC laten dapat terkena TBC aktif kelak, terutama jika juga berstatus HIV positif.
Jika kita menderita TBC aktif, artinya kita:
- Mempunyai bakteri TBC aktif dalam tubuh
- Sedang sakit dan mungkin mengalami gejala, seperti batuk, demam, penurunan berat badan, kecapaian dan berkeringat pada waktu malam
- Mungkin menularkan bakteri TBC kepada orang lain
- Dapat minum obat untuk menyembuhkan penyakit ini
Jika kita menderita TBC laten, berarti bahwa:
- Mempunyai bakteri TBC tetapi bakteri
tersebut tidak aktif
- Tidak sakit
- Tidak dapat menularkan bakteri TBC kepada orang lain
- Dapat minum obat untuk mencegah terkena TBC aktif kelak
Apa hubungan TBC dan HIV?
HIV melemahkan sistem imunitas. Maka, jika kita memiliki HIV dan TBC laten, kita lebih mungkin terkena TBC aktif. Jika dua infeksi ini tidak dirawat, infeksinya akan bersama menyebabkan penyakit yang sangat serius.
Hubungan antara kedua kondisi ini berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh (imun) yang bertugas untuk melawan infeksi. HIV merupakan virus yang dapat melemahkan kekebalan tubuh sampai dengan kondisi AIDS. Ini karena HIV membuka pintu bagi infeksi lain untuk masuk ke tubuh sehingga menjadi lebih mudah terkena penyakit, termasuk TBC.
Akan tetapi, kita mungkin tidak langsung merasakan gejala-gejala penyakit AIDS karena penyakit ini belum menyerang tubuh cukup parah. Karena itu, kita mungkin tidak menyadari kalau kita punya penyakit tersebut.
Saat terkena HIV, sistem kekebalan tubuh akan melemah sehingga bakteri penyebab TBC yang masuk ke dalam tubuh menjadi aktif. Ini menyebabkan tubuh kesulitan untuk menyerang bakteri Tuberkulosis. Jadi, serangan TBC sebenarnya bisa jadi adalah salah satu gejala infeksi HIV yang terselubung.
Bagaimana pengobatannya bila kita positif TBC?
Pengobatan TBC pada orang yang sudah terpapar HIV harus dilakukan segera karena kategori pengobatan TB tidak dipengaruhi oleh status HIV pasien. Pemberian antiretroviral (ARV) dapat dimulai setelah pengobatan TBC (antara 2 hingga 8 minggu). Terdapat dua kondisi yang terjadi pada pengobatan TBC-HIV:
1.Pengobatan TBC bagi ODHA yang belum mendapatkan pengobatan ARV
Pengobatan TBC dapat segera dimulai jika pasien belum mendapatkan pengobatan ARV. Teruskan pengobatan TBC jika pasien sudah diberi OAT hingga tercapai toleransi. Setelah itu, diberikan pengobatan ARV.
2.Pengobatan TBC bagi ODHA yang sedang dalam pengobatan ARV
Pengobatan TBC pada pasien dalam pengobatan ARV sebaiknya direncanakan oleh petugas terlatih TBC-HIV di rumah sakit. Alasan utama dilakukan oleh petugas terlatih adalah kemungkinan terjadinya interaksi obat (rifampisin dengan beberapa golongan ARV), adanya immune reconstitution inflammatory syndrome (IRIS), dan gagal pengobatan ARV.
Mengapa penting dites untuk TBC jika kita positif HIV?
Jika kita positif HIV, penting untuk menentukan apakah kita menderita TBC laten, karena TBC laten jauh lebih mungkin berkembang menjadi TBC aktif di kalangan penderita HIV. Jika kita menderita TBC laten serta HIV, kita dapat menjalani perawatan.
Mengapa penting dites untuk HIV jika kita menderita TBC aktif?
Jika kita menderita TBC aktif, penting untuk menentukan apakah kita menderita HIV karena penderita TBC adakalanya memiliki HIV juga. Penting untuk dites supaya jika kita positif HIV serta TBC aktif, kita dapat segera menjalani perawatan.
Tes apa yang perlu kita jalani untuk mengecek TBC?
Tiga tes umum untuk TBC dapat dilakukan di klinik dada. Tes-tes ini adalah:
- Tes Kulit Tuberkulin (TST), yang juga dikenal sebagai tes Mantoux
- Sinar X dada
- Tes sputum (dahak)
Tes-tes ini dapat mendeteksi apakah kita terekspos kepada TBC pada masa lalu (TBC laten) atau jika kita menderita TBC aktif. Keputusan tentang tes mana yang diperlukan akan diambil oleh klinik dada.
Bagaimana dengan pengalamanmu sendiri, apakah kamu pernah berinteraksi dengan siapapun yang berstatus TBC aktif? Bila ya, maka kamu perlu untuk segera memeriksakan diri, karena siapapun yang pernah berinteraksi dengan individu yang TBC aktif, rentan terpapar TBC. Terutama bila intensitas komunikasi cukup tinggi dan banyak bersama dalam ruangan ber-AC, karena ruangan cenderung lembab dan tidak terkena matahari langsung sehingga bakteri TBC berpeluang untuk bertahan di ruangan tersebut.
Oleh: NQ
No Comment
You can post first response comment.