Meski di Indonesia kaum perempuan heteroseksual (khususnya kelompok ibu rumah tangga) menempati posisi pertama yang terinfeksi HIV, faktanya di beberapa negara prevalensi di antara lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL) sangat tinggi, seperti yang dikutip dari situs Avert.
Artinya, kelompok LSL memiliki peluang lebih besar untuk terpapar virus, terutama bagi mereka yang melakukan hubungan seks tanpa kondom. Namun, ada faktor-faktor lain yang membuat hubungan LSL berisiko tinggi terhadap HIV.
Faktor Biologis
Salah satu alasan mengapa LSL rentan terhadap infeksi HIV adalah seks anal tanpa kondom, yang memiliki risiko penularan yang lebih tinggi daripada seks vaginal tanpa kondom. Ini karena dinding anus tipis dan lebih mudah sobek, menciptakan titik masuk bagi HIV ke dalam aliran darah. Memiliki infeksi menular seksual (IMS) juga membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi HIV. Dan, angka IMS di antara LSL cukup tinggi dan telah meningkat selama 20 tahun terakhir.
Terlepas dari risiko biologis yang meningkat ini, tes HIV dan frekuensi pemeriksaan kesehatan seksual masih relatif rendah di antara kelompok LSL. Penelitian di berbagai negara telah menemukan bahwa banyak LSL yang takut mengalami diskriminasi, penilaian moral, dan pelanggaran kerahasiaan saat melakukan tes HIV. Akibatnya, banyak LSL yang hidup dengan IMS dan HIV dan tidak terdiagnosis, dan mereka dengan mudah bisa menularkan IMS maupun HIV.
Faktor Perilaku
Sebagaimana perilaku anak muda yang senang berpetualang—termasuk berpetualang dalam hal asmara memiliki banyak pasangan seksual adalah sesuatu yang bisa “mewarnai” kehidupan, sayangnya kerapkali dalam petualangan cinta ini kondom lupa digunakan. Selain itu, data tentang IMS lain di antara LSL adalah bukti lebih lanjut dari penggunaan kondom yang tidak konsisten. Jadi, jangan lupa selalu membawa kondom ya terutama kalau loe aktif secara seksual!
Akses ke layanan tes HIV di antara LSL juga bervariasi, seperti di beberapa kota di Eropa dan Amerika Utara, di mana LSL telah melampaui target 90-90-90, dan lebih dari 90% di antara mereka telah mengetahui status HIV. Sayangnya, di Kenya, Malawi dan Afrika Selatan, hanya satu dari tiga laki-laki ODHIV LSL yang mengetahui status mereka, dan di Mozambik jumlahnya bahkan kurang dari 10%. Di India, hanya 30% dari 1000 pria ODHIV LSL yang mengetahui status mereka (berdasarkan data 2013).
Alkohol dan narkoba juga merupakan bagian umum dari sosialisasi di beberapa komunitas LSL.
Dan loe tahu kan, ketika loe berada di bawah pengaruh obat-obatan atau alkohol, loe bisa jadi melakukan hubungan seks berisiko yang liar dan sensasional. Sebuah penelitian yang dilakukan di India, menemukan bahwa hubungan LSL yang dipengaruhi alkohol meningkatkan perilaku seks berisiko dan penularan HIV.
Di Asia dan Pasifik, dan Amerika Utara serta Eropa Barat, hubungan LSL yang dipengaruhi chemsex seperti GHB (gammahydoxybutyrate), methamphetamine dan methedrone, mengakibatkan hubungan seks berkepanjangan dan melibatkan banyak pasangan. Dan ini tentu membuat pelakunya rentan terhadap risiko terinfeksi HIV dan IMS. Dalam kasus di mana aktivitas seksual dilakukan dalam waktu panjang, ada kekhawatiran bahwa pelaku berstatus ODHIV bisa jadi lupa mengkonsumsi obat antiretroviral (ARV).
Berdasarkan data dari 2014, diperkirakan bahwa 4,2% laki-laki muda (di bawah 25 tahun) yang terlibat dalam pesta chemsex, telah berhubungan seks dengan laki-laki ODHIV tanpa menggunakan kondom. Dan ini lebih umum terjadi di negara-negara di mana prevalensi HIV di antara LSL relatif tinggi.
Satu penelitian yang dilakukan di Bangkok, menemukan bahwa kasus HIV baru lebih sering ditemukan pada lelaki muda berusia 18-21 tahun dibandingan dengan pria di atas 30 tahun. LSL muda yang aktif secara seksual, seringkali sulit untuk mengakses layanan HIV karena usia mereka yang masih belia atau perlakuan diskriminatif. Dan hanya 36% LSL muda yang melakukan tes HIV.
So, mengingat betapa pentingnya tes HIV bagi LSL, sekali gue ingatkan elo untuk melakukan tes HIV secepatnya dan jangan lupa ajak teman-teman loe!
Oleh: STR
No Comment
You can post first response comment.