tol·er·ance /ˈtäl(ə)rəns/

The ability or willingness to tolerate something, in particular the existence of opinions or behavior that one does not necessarily agree with.

International Day for Tolerance atau Hari Internasional untuk Toleransi adalah perayaan tahunan yang diumumkan oleh UNESCO pada tahun 1995 untuk membangkitkan kesadaran publik akan bahaya intoleransi.

Hari yang diperingati setiap tanggal 16 November ini pada dasarnya ingin memastikan perdamaian dunia melalui toleransi.

 

Apa kabar toleransi di Indonesia?

Setiap tahun, Institute for Economics and Peace menerbitkan sebuah laporan bernama Global Peace Index, sebuah indeks untuk mengukur tingkat perdamaian global dan tingkat perdamaian di setiap negara, termasuk Indonesia. Sayangnya, sejak tahun 2016, peringkat Indonesia dalam indeks ini terus menurun lantaran banyaknya konflik yang terjadi di negara kita. Indonesia yang tadinya menempati peringkat 42 di tahun 2016 turun peringkat ke posisi 55 di tahun 2018 ini. Aksi pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan yang semakin marak di Indonesia menjadi salah satu penyebab turunnya peringkat Indonesia di indeks ini.

Tidak hanya itu, Jakarta berada di peringkat pertama dalam daftar kota paling tidak toleran di Indonesia, menurut hasil penelitian kedua yang dilakukan oleh SETARA Institute for Democracy and Peace, yang dirilis pada Hari Toleransi Internasional tahun lalu. Dalam rentang November 2016 sampai Oktober 2017, ada 14 peristiwa pelanggaran kebebasan beragam dan berkeyakinan di DKI Jakarta yang diperparah dengan minimnya respon dalam bentuk pernyataan maupun tindakan konkret dari pemerintah DKI Jakarta. Bahkan, berdasarkan penelitian Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2017 mengemukakan 52 persen siswa setuju dengan kekerasan demi solidaritas agama.

 

Apa yang bisa kita lakukan?

Seiring dengan masa kampanye Pilpres, pasti mulai muncul bermacam postingan di media sosial yang berbeda-beda. Kadang diskusi bisa berjalan santai kayak di pantai, tapi kadang diskusi juga bisa sampe ngegas. Gas pol. Ga jarang obrolan tentang pendapat yang berbeda itu bisa bikin ada yang left group atau bahkan sampe males ketemuan di dunia nyata. Bahasannya pun kadang bisa jadi sensi kemana-mana, bahas agama, ras atau hal lain yang jelas beda-beda setiap orangnya. Terus, apa nih cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk menciptakan toleransi? Berikut ini beberapa tips sederhana dari kami.

  1. Sadari bahwa beda itu biasa. Inget kan negara kita punya motto Bhinneka Tunggal Ika: Berbeda-beda tapi satu jua. Beda pendapat juga harusnya ga masalah, asalkan kita ga maksain orang lain untuk punya pendapat dan pemikiran yang harus sama kayak kita.
  2. Beda itu perlu untuk kolaborasi. Kita terbiasa melihat perbedaan sebagai ancaman, padahal perbedaan bisa jadi peluang kerjasama lho! Coba deh bayangin, rumah aja bisa dibangun karena ada pasir, batu bata, air, kayu, batu dan keramik. Coba kalo cuma ada satu bahan, mana bisa jadi?
  3. Saring sebelum sharing. Pertama, pastikan bahwa info apapun yang kita dapetin itu adalah fakta. Kedua, kalaupun itu fakta, kita saring dulu, apakah informasinya penting untuk disebarkan? Kalaupun penting, apakah postingan itu berpotensi bikin konflik?

Kalo kamu sendiri, apakah pernah melihat atau mengalami langsung momen toleransi yang terasa indah dan menenangkan?

Oleh: NQ

No Comment

You can post first response comment.

Leave A Comment

Please enter your name. Please enter an valid email address. Please enter a message.